Materi Khutbah Pahlawanku Teladanku
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.
أَمَّا بَعْدُ فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَءَامَنُوا۟ٱتَّقُوا۟ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ۦوَلَاتَمُوتُنَّ إِلَّاوَأَنتُم مُّسْلِمُونَ وقَالَ ايظا اعوذ بالله من الشيطان وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. (النحل: 18
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Mengawali khutbah ini saya berwasiat pada diri sendiri dan kaum muslimin untuk selalu meningkatkan taqwa kepada Allah SWT dengan langkah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Dengan kita bertaqwa kepada Allah menandai bahwa kita telah Mengungkapkan rasa syukur atas karunia nikmatnya yang telah diberikan oleh Allah swt. Syukur ini menjadi pemantik terus ditambahkannya nikmat-nikmat Allah swt yang padahal jika kita menghitungnya, maka tiada sanggup kita melakukannya. Allah berfirman:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. (النحل: 18)
Artinya: “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat an-Nahl ayat 18).
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia
Barusan kemaren bangsa Indonesia telah memperingati hari pahlawan, yang mana mengingatkan Kembali pada ingatan kita akan perjuangan para pahlawan dan syuhada’ bangsa ini, dengan tagline “Pahlawanku Teladanku”. Tentu ini kita harus mensyukurinya, dan sudah menjadi kewajiban bagi kita generasi penerus bangsa untuk tetap mencontoh kebaikan para penduhulu bangsa ini. Jika pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berjuang untuk mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini.
Banyak sekali yang bisa kita teladani dari para pahlaawan dan syuhada’ kita, diantaranya keteguhan dalam memegang prinsip, Para pahlawan kita oleh Allah dikaruniai keteguhan dan kekuatan hati untuk senantiasa istiqamah berjuang dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para penjajah. Nilai ini selaras dengan firman Allah:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ (QS Hud: 112).
Maka di era modern saat ini, kita jangan mudah terombang-ambing dari informasi yang ada di berbagai media, Jangan mudah terprovokasi oleh informasi-informasi yang bisa memunculkan perselisihan, Bukan hanya terkait dengan informasi-informasi umum saja, bahkan informasi terkait ilmu agama yang juga harus kita waspadai, jika bersumber dari tempat yang tidak jelas.
Kedua, keberanian, Pada masa dulu, yang membuat gentar para penjajah adalah keberanian para pejuang kita dalam memperjuangkan kemerdekaan. Walau bermodal hanya bambu runcing, namun para pejuang kita tetap tidak mundur setapak pun dan ketiga kesabaran dalam meraih kemerdekaan. Kita menyadari bahwa para pahlawan dan syuhada’ menghabiskan waktu mereka berjuang bukan hanya dalam hitungan satu atau dua tahun saja. Mereka membutuhkan ratusan tahun, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Nilai-nilai kesabaran ini bisa kita aplikasikan dalam perjuangan kita dalam mengisi kemerdekaan melalui kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam bekerja bagi para orang tua, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh seluruh elemen masyarakat
Dengan penuh kesabaran, kita harus terus membangun dan memupuk bangsa ini, untuk menjaga keutuhan dan persatuan. Hanya dengan komitmen persatuanlah, baik ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Maka Bangsa ini tidak akan hancur dan bercerai berai.
Dengan menjaga persatuan ini, insya Allah kita juga bisa menjadi pahlawan. Bukan pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan berperang mengangkat senjata, tetapi pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan dengan cara mensyukurinya.
Persatuan dan kebersamaan juga akan menjadi wasilah penjagaan dari Allah SWT sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:
يَدُ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ. (رواه الترمذي)
Artinya, “Penjagaan Allah berada di atas kebersamaan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Meneladani para pahlawan sekaligus mengisi kemerdekaan ini bisa menjadi barometer tingkat syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan. Allah telah menegaskan bahwa jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat-Nya, tanah menjadi subur Masyarakat menjadi Makmur. Namun sebaliknya, jika kita tidak bersyukur dan menganggap enteng jerih payah perjuangan para pahlawan, maka tinggal menunggu waktu saja, adzab Allah akan datang kepada kita. Naudzubillah mindzalik. Rasulullah bersabda:
لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ
Artinya: “Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterimakasih kepada orang (lain)”.
Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman, ayat 13 telah mengingatkan manusia dengan sebuah pertanyaan:
فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Artinya: “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Ayat ini diulang berkali-kali dan tentu bukan tanpa maksud. Kita diingatkan untuk senantiasa berfikir tentang kekuasaan Allah dalam wujud nikmat-nikmat yang kita terima. Dengan melakukan muhasabah atau introspeksi ini, maka tentunya kita tidak akan menjadi golongan orang-orang yang kufur nikmat.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Oleh karenanya, pada momentum kali ini, mari kita kuatkan lagi rasa syukur kita atas nikmat hari pahlawan dengan meraih kemerdekaan, yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan kusuma bangsa. Semoga kita bisa meneladani mereka sebagai modal untuk mengisi kemerdekaan ini. Amin.
وَٱلْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِٱلصَّبْرِ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
0 comments:
Posting Komentar