## assalamualaikum wr wb Bismillah. Blog Kapilata Gara Zakat dan wakaf ##

Senin, 28 November 2022

 Menikmati Takdir

Ada kawan punya mobil baru. Maksudnya baru beli bukan baru dari dealer. Tanpa kursus setir mobil ia berusaha belajar nyetir mandiri, lewat youtube.  Mulai dari menginjak gas dan rem dalam posisi mobil berhenti, lalu maju mandur dan jalan pelan-pelan. Dalam satu minggu ia sudah berani menyetir di jalan kampung.

Suatu hari ia dan keluarga harus pergi ke Bandung untuk acara keluarga, diteruskan ke Jakarta menghadiri undangan  acara tempatnya bekerja. Sadar diri karena hanya sopir antar kampung maka ia mengajak sopir profesional yang sudah terbiasa menyetir sampai Jakarta.

Hari itu kawan tadi melakukan perjalanan dari Solo-Bandung lewat jalan tol. Ketika sampai ruas tol Cipularang-Bandung sang sopir merasa kepalanya pusing. Lalu  minggir dan muntah-muntah. Bersamaan dengan itu ia menyerah tidak mampu lagi menyetir. Badannya gemetar kedinginan.

Tidak ada sopir cadangan di mobil itu. Penumpang laki-laki dewasa hanya dirinya dengan pak sopir. Selebihnya adalah ibu-ibu dan anak-anak. Mencari sopir pengganti tidak mungkin, apalagi di tengah jalan tol seperti itu. Para penumpang panik, bagaimana kelanjutan perjalanannya.

Kawan tadi sempat panik juga, tetapi kemudian ia tersenyum sambil berbisik dalam hatinya. “Inilah cara Allah memaksa saya menjadi sopir beneran. Logikanya  si sopir sakit bukan maunya sendiri. Dan ia bukan pura-pura sakit. Kalau mau marah, lalu siapa yang akan dimarahi. Marah kepada Allah ? Tentu tidak mungkin”. 

Maka dengan terpaksa kawan tadi nekat menyetir sendiri mobilnya. Sopir yang asli dipersilahkan tidur di jok belakang untuk istirahat. Bismillah, pelan-pelan ia kendalikan kendaraan itu sambil komat-komit berzikir. Tentu saja dengan penuh gemetar karena disalip oleh kendaraan lain yang melaju kencang.

The power of kepepet. Kawan tadi akhirnya berani menyetir di jalan tol. Menyusuri jalanan Bandung-Jakarta dan Jakarta-Solo. Dirinya naik tingkat dari sopir antar kampung menjadi sopir antar kota antar provinsi.

Begitulah perjalanan hidup manusia. Banyak etape yang sering kali bukan keinginan sendiri, bahkan sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Ada orang yang bercita-cita menjadi TNI tetapi faktanya menjadi satpam. Ada yang ingin jadi pengusaha tetapi nyatanya menjadi buruh. Ada yang ingin jadi dokter tapi malah sering jadi pasien karena sakit-sakitan. 

Dalam pernikahan juga begitu. Ahmad mencintai Aminah tetapi ia menikah dengan Zulaihah. Sementara Pujiatun mencintai Bambang tetapi menikahnya dengan Joko Supomo. Mereka bertepuk sebalah tangan sehingga tidak sampai ke pelaminan. Kata Allah rumus perjodohan itu begini.

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula ( An Nur: 26).

Dunia politik juga menarik. Silahkan saja Anis Baswedan ingin jadi presiden. Demikian pula Ganjar Pranowo, Erlangga Hartanto, Prabowo maupun mbak Puan. Tetapi ketahuilah presiden RI itu hanya satu. Siapa yang akan berkantor di istana merdeka tergantung kehendak rakyat dan persetujuan Allah. Karena pakem kekuasaan itu sudah digariskan.

Katakanlah Muhammad, “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki (Ali Imran: 26)

Dalam pandangan ahlus sunnah, manusia itu tidak mampu menentukan kehendaknya sendiri. Akan tetapi kolaborasi antara kehendak manusia dan kehendak Allah. Bahkan Rasulullah juga  begitu. Padahal ia adalah manusia yang paling dekat dengan Allah.

Suatu hari ada orang Yahudi bertanya kepada Nabi. “Wahai Muhammad, ceritakan kepada kami bagaimana kisah tentang Zulqarnaian”. Dengan pedenya Rasulullah saw menjawab, “Silahkan datang kepadaku lagi besok hari”.

Kisah Zulqarnain itu sudah ada pada kitab si penanya. Sehingga sebenarnya orang Yahudi itu hanya ngetes saja tentang kebenaran Muhammad sebagai Nabi. Sebab Rasulullah tidak pernah membaca kitab lain. Kalau ia mengerti berarti mendapatkan wahyu dari Allah.

Ternyata ditunggu sehari, dua hari sampai empat belas hari malaikat Jibril tidak datang. Padahal ia telanjur menjanjikan menjawab pertanyaan itu selang sehari saja. Karena beliau yakin Allah akan langsung menurunkan wahyu untuk menjawab masalah tersebut. Bisanaya memang begitu.

Begitulah, turunnya wahyu itupun bukan maunya Rasulullah saw, akan tetapi kehendak Allah swt. Maka kemudian Allah memberi pelajaran kepada Nabi dengan firmannya:

Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi, kecuali dengan mengatakan, “Insya Allah.” (Al Kahfi: 23-24) 

Setelah itu baru turun ayat tentang kisah zulqarnain. Akan tetapi 15 ayat yang menceritakan tentang Zulqarnain itu turun di hari ke lima belas pasca kedatangan orang Yahudi tersebut. Pada peristiwa ini kehendak  Allah berbeda dengan kehendak Rasul Nya.

Memadukan antara kehendak manusia dan kehendak Allah adalah rahasia ketenangan hidup. Manusia yang terlalu pecaya diri bahwa dirinya mampu melakukan kehendaknya sendiri akan terbentur dengan fakta yang sering kali tidak sesuai dengan kehendaknya. Akhirnya yang terjadi adalah stres luar biasa.

Karena itu  memperkuat iman kepada takdir, baik takdir yang menyenangkan maupun takdir yang menyedihkan adalah solusinya. Ihtiar untuk meraih cita-cita itu  amal shalih yang perlu terus digelorakan, akan tetapi meyakini bahwa hasil  di tangan Allah adalah cara cerdas menikmati kehidupan. (Muh. Nursalim)

0 comments: